Jumat, 24 Februari 2017

My Father is Hero

I dedicated this post for my beloved father, Djoko Sutrisno Mulyono.
my father was born in Semarang 12 Sept 1961. My father and me were born on same month yes, September, difference two days with me. yes, i was born in Sidoarjo 10 Sept 1995. That mean, I and my father had same think. My parrent had 3 children, first my sister her name Fitria, second me, and the third my sister her name aida.
My father was past away about 2 years ago. 

This my story......

Aku lahir di keluarga yang sederhana bisa dikatakan benar-benar sederhana..
Papa ku hanya tamatan Sekolah Dasar, beliau tidak melanjutkan sekolahnya kejenjang yang lebih tinggi.Saat kutanya mengapa jawabannya simpel dan menurutku itu sebuah pengorbanan dan kerelaan hatinya terhadap kakek-nenek ku dari papaku...
ya benar,,, lahir di 12 bersaudara, dan papaku diurutan ke 11. lahir di urutan ke 11 membuat papa ku berfikir bagaimana kakek-nenek dari papaku bisa membiayai anak-anaknya sekolah semua. sedangkan saudara-saudaranya masih sekolah Sekolah Menengah Atas dan Sekolah Menengah. itulah yang membuat papaku "terpaksa berhenti sekolah". 
Meski demikian, semangat juang untuk memberikan yang terbaik untuk keluargaku sangat besar, dibantu dengan mamaku mencari nafkah untuk menghidupi kami, pekerjaan papaku dulu seorang pencari jambu mete pada perusaahn Sekar Alam sewaktu aku masih berumur 3 atau 4 tahun. Papaku tidak bekerja disana lagi, setelah perusahaan tersebut bangkrut dan beralih menjadi sales besi di Sebuah perusaahan besi di Surabaya. Meski hanya tamatan Sekolah Dasar, untuk masalah uang, perhitungan dan administrasi keuangan beliau sangat detail dalam catat menyatat. Mungkin karena itu menurun ke saya. saya hobi mengumpulkan struk-struk belanja hingga dompet saya seolah-olah tebal (padahal hanya tumpukan struk belanja). Semua pemasukan maupun pengeluaran Beliau catat, rahasia itu terbongkat saat beliau meninggalkan kami, mama ku melihar buku kerja beliau. Kaget aku di buatnya, ternyata banyak juga tulisannya. dari belajar bahasa sulawesi, NTT, bahkan bahasa madura pun beliau jago. Suatu hari, saya menginginkan sepatu baru, biasa kami mencari di tanggulangin, singkat cerita si penjual asli orang madura, papa ku menawar sepatu tersebut menggunakan bahasa madura, alhasil kami mendapatkan diskon hampir 50%(Enak kan bisa dapet diskon gara-gara bisa bahasa lain, hehehe). Balik lagi tentang catatan, semua kontak telepon lama tercatat disana, dan masih tertata rapi, meski tulisannya tidak dapat terbaca dengan baik, karena kertasnya mungkin sudah tahunan.
pesan yang selalu teringat di pikiranku hanya satu, sebelum papaku meninggal, ini dia sampaikan ke kami semua anak-anaknya..
"Papi gak bisa ngasih kalian uang, papi cuma bisa ngasih kalian ilmu, uang isa habis tapi ilmu gak bisa, ilmu bisa kamu pake buat seumur hidupmu". Hal tersebut yang membuatku bisa sampai sekarang..

Ya benar, papa mamaku ikut andil besar dalam kuliahku ke Stikom(karena mentok kebiaya) mamaku lah yang mensupport untuk mencarikan uang untuk kami semua.

Kakak bernama Fitria Margaretna Sulastri, dia alumni univertas Ma Chung dengan beasiswa masuk penuh dan lulus dengan 3,5 tahun. Aku sendiri Toni Setiawan Jaya, mahasiswa Stikom Surabaya yang akan lulus dengan 3,5 tahun(dalam hal ini aku gak mau kalah hehehe), dan adikku Aida Triana Putri, mahasiswa Universitas Widya Mandala.
Ya, kami semua anak-anaknya bisa merasakan bangku perkuliahan berkat kedua orang tua kami.. 
Semoga kami bisa membuat papa-mama kami bangga kepada kami semua..